Presiden Prabowo Subianto berbicara tentang manfaat teknologi nuklir untuk Indonesia, tidak hanya dalam bidang persenjataan tetapi juga dalam kesehatan dan produksi pangan. Beliau menekankan pentingnya teknologi nuklir dalam berbagai sektor, seperti kesehatan, energi terbarukan, dan sektor pangan, terutama dalam implementasi pada benih-benih padi. Prabowo juga mengingatkan visi besar dan jelas Presiden pertama RI Sukarno terkait pengembangan nuklir yang kemudian diwujudkan dengan pembentukan Badan Tenaga Atom.
Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Muda Haryo Seno menyatakan bahwa nuklir dan radiasi memang memiliki risiko, namun juga memiliki manfaat yang sangat besar. Ia menegaskan pentingnya tidak takut berlebihan terhadap energi nuklir, karena radiasi merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari manusia dari berbagai sumber alam, termasuk matahari dan tanah.
Namun, lembaga nirlaba Greenpeace mengemukakan bahwa tenaga nuklir bukanlah solusi untuk penanganan krisis iklim. Mereka menilai bahwa energi nuklir hanya memberikan kontribusi kecil dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sementara berbagai alasan lain seperti biaya mahal, bahaya keamanan, dan masalah pengolahan limbah radioaktif menjadi pertimbangan utama.
Dalam sejarah pengembangan teknologi nuklir di Indonesia, Lembaga Tenaga Atom kemudian berubah menjadi BATAN dan diintegrasikan ke dalam BRIN pada tahun 2021. Meskipun telah ada komitmen pada keselamatan dalam pemanfaatan teknologi nuklir untuk kesejahteraan, Greenpeace menyuarakan kekhawatiran terkait dampak lingkungan dan kesehatan dalam penggunaan energi nuklir.
