Para astronom telah mengungkap kemungkinan keberadaan planet kesembilan dalam Tata Surya, melengkapi planet Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Bukan Pluto yang dimaksud, planet kesembilan tersebut diyakini sebagai raksasa gas atau es yang berada jauh di luar Tata Surya. Hipotesis “Planet Sembilan” telah diajukan dalam beberapa tahun terakhir, karena sulit untuk menjelaskan Tata Surya tanpa adanya planet tersebut, menurut Mike Brown, seorang astronom dari Caltech.
Setelah Pluto tidak dianggap sebagai planet, tidak ada planet lain dari sistem tata surya di luar Neptunus atau Sabuk Kuiper yang ditemukan, hingga penemuan objek Sedna pada tahun 2004 dan 2012 VP113 pada tahun 2014. Dua astronom, Konstantin Batygin dan Michael E. Brown, kemudian mengusulkan “Hipotesis Planet Sembilan” pada tahun 2016, memperkuat argumen tentang keberadaan planet tersebut.
Diperkirakan bahwa Planet Sembilan memiliki diameter sekitar tujuh kali lebih besar dari Bumi, dengan kemungkinan berjarak 500 unit astronomi dari Matahari. Planet ini diperkirakan memiliki komposisi yang mirip dengan Neptunus, dan diperlukan waktu antara 5.000 hingga 10.000 tahun untuk satu putaran mengelilingi Matahari. Karena planet ini terletak sangat jauh dan cahayanya redup, para astronom menggunakan teleskop canggih seperti Teleskop Subaru di Hawaii untuk mengamati dan mencari Planet Sembilan.
Meskipun sulit untuk menemukan planet tersebut, para astronom optimis bahwa Planet Sembilan dapat ditemukan dalam waktu dua tahun ke depan dengan bantuan teknologi yang ada. Jika tidak berhasil ditemukan dengan Teleskop Subaru, mereka akan menggunakan Observatorium Vera C. Rubin di Chile yang direncanakan selesai pada 2025. Maka, penelitian dan pengamatan terus dilakukan untuk mengungkap misteri dari planet kesembilan dalam Tata Surya.