Gempa bumi yang terjadi di Myanmar dengan magnitudo 7,7 pada Jumat lalu menyebabkan kerusakan yang dahsyat. Korban jiwa terus bertambah dan diperkirakan bisa mencapai 10 ribu orang. Episentrum gempa berada di regional Sagaing, dekat dengan Mandalay, dengan kedalaman 10 kilometer pada sesar Sagaing. Hingga saat ini, korban jiwa di Myanmar sudah mencapai 694 orang dengan puluhan terluka, dan angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan bangunan yang masih rusak. Gempa ini juga dirasakan di negara tetangga seperti Bangkok dan Yunan, dengan korban jiwa dan bangunan yang terdampak.
Gempa ini menjadi yang terbesar di Myanmar sejak tahun 1912 dan yang paling mematikan dan merusak sejak kemerdekaan Myanmar pada 1948. Penyebab kedahsyatan gempa ini adalah karena Myanmar terletak di perbatasan dua lempeng tektonik yang aktif secara seismik. Meskipun jarang terjadi di wilayah Sagaing, gempa dengan magnitudo 7 hingga 8 dapat terjadi akibat pergerakan lempeng India dan Eurasia yang bergerak secara horizontal. Pada tanggal 28 Maret 2025, gempa ini disebut sebagai yang terbesar dalam 75 tahun terakhir di Myanmar.
Dampak gempa yang sangat merusak disebabkan oleh kedalaman gempa yang dangkal, kurang dari 70 kilometer dari permukaan Bumi. Gelombang kejut dari gempa tidak hilang saat bergerak ke permukaan karena kedalamannya yang dangkal, menyebabkan bangunan menerima kekuatan penuh dari guncangan. Prediksi korban jiwa bisa mencapai 10 ribu orang dan guncangan ini akan mengganggu ekonomi Myanmar. Infrastruktur di wilayah Sagaing sebagian besar belum siap untuk menahan guncangan besar, sehingga kerusakan bisa menjadi lebih parah. Gempa ini menjadi peringatan penting untuk meningkatkan persiapan dan kesigapan dalam menghadapi bencana alam di masa depan.