Jumlah satelit yang mengorbit Bumi terus tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terutama terjadi setelah munculnya Satelit Orbit Rendah (LEO) seperti Starlink dan Amazon Kuiper. Selama beberapa dekade, jumlah satelit diluncurkan ke luar angkasa relatif konstan, tetapi pada tahun 2010-an, jumlah peluncuran satelit meningkat pesat berkat perusahaan antariksa swasta seperti SpaceX.
Pada Mei 2025, tercatat ada sekitar 11.700 satelit aktif yang mengorbit di sekitar Bumi, terutama sebagian besar berada di LEO. Menurut data dari Kantor Urusan Luar Angkasa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), jumlah total satelit, termasuk yang tidak aktif, bisa mencapai 14.900. Namun, para ahli memperkirakan bahwa jumlah satelit aktif dapat meningkat hampir sepuluh kali lipat sebelum pertumbuhannya mereda.
Peningkatan jumlah satelit ini menghadirkan berbagai dampak negatif, seperti masalah manajemen lalu lintas antariksa, proliferasi puing-puing antariksa, hambatan bagi astronomi, dan polusi atmosfer. Konstelasi satelit raksasa, seperti Starlink milik SpaceX, memainkan peran besar dalam peningkatan jumlah satelit. Para peneliti memperkirakan bahwa batas atas jumlah satelit aktif yang aman untuk diorbitkan adalah sekitar 100.000 satelit.
Meskipun sulit untuk memprediksi secara akurat berapa banyak satelit yang akan diluncurkan ke luar angkasa, diperkirakan bahwa daya dukung LEO dapat tercapai sebelum tahun 2050. Hal ini mendorong para ahli dan peneliti untuk terus memantau perkembangan jumlah satelit yang mengorbit Bumi demi menjaga keberlanjutan lingkungan antariksa.