Ayam cemani sering dikaitkan dengan hal mistis dalam kepercayaan masyarakat karena warna hitamnya yang khas. Namun, dari sudut pandang medis dan biologis, ayam ini adalah hasil dari mutasi genetik yang disebut fibromelanosis. Pakar dari IPB University menjelaskan bahwa warna hitam pada ayam cemani berasal dari penyebaran pigmen melanin ke seluruh tubuh hewan ini, termasuk kulit, bulu, dan organ dalam. Meskipun memiliki makna spiritual dalam budaya lokal, peneliti menegaskan pentingnya tetap memperlakukan ayam cemani dengan benar dan sesuai dengan standar kesejahteraan hewan.
Sebagai contoh, dalam beberapa praktik mistis, ayam cemani seringkali menerima perlakuan tidak etis seperti disembelih tanpa prosedur yang tepat, dikurung dalam kandang yang tidak higienis, atau bahkan dibuang jika tidak memenuhi syarat ritual. Perlakuan semacam itu dapat menyebabkan stres pada hewan, menurunkan daya tahan tubuh, dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit. Oleh karena itu, pendekatan budaya diperlukan dalam edukasi masyarakat tentang pemeliharaan ayam cemani.
Pendekatan tersebut bertujuan untuk menjembatani kepercayaan lokal dengan ilmu kedokteran hewan melalui dialog terbuka, kolaborasi dengan tokoh adat, dan penyuluhan berbasis praktik nyata. Dengan begitu, masyarakat dapat belajar bagaimana merawat ayam cemani dengan baik agar tetap sehat dan kuat tanpa mengorbankan kepercayaan atau nilai budaya mereka. Dengan pendekatan yang empatik dan terbuka, diharapkan bahwa masyarakat akan lebih menerima informasi tentang kesejahteraan hewan dan manfaat ilmu kedokteran hewan tanpa merasa terancam pada keyakinan atau tradisi mereka sendiri.