Harapan Jepang untuk melakukan pendaratan pertama di bulan pada Jumat kandas karena misi tersebut gagal mendarat dengan mulus. ispace, perusahaan yang berkantor pusat di Tokyo, berharap bisa membuat sejarah sebagai perusahaan swasta ketiga yang mencapai pendaratan terkendali di permukaan bulan. Namun, berdasarkan keterangan perusahaan, data diasumsikan bahwa wahana pendarat hanya bisa melakukan pendaratan keras. Komunikasi dengan wahana pendarat tidak mungkin dipulihkan, sehingga misi tersebut diakhiri. Kegagalan ini terjadi dua tahun setelah misi sebelumnya berakhir dengan kecelakaan.
Wahana antariksa Resilience tanpa awak milik perusahaan tersebut pada Jumat memulai pendaratan terakhirnya yang menakutkan. Wahana berhasil menyalakan mesin utamanya untuk memulai perlambatan seperti yang direncanakan. Namun, ruang kendali misi kehilangan kontak setelah posisi wahana pendarat menjadi hampir vertikal. Masalah teknis menyebabkan wahana pendarat tidak mencapai kecepatan yang dibutuhkan untuk mendarat secara lambat.
Hingga saat ini, hanya lima negara yang berhasil mendarat di bulan dengan sukses. Jepang adalah yang terbaru dalam daftar tersebut. Ispace, sebagai perusahaan swasta, turut serta dalam perlombaan ini, membuka peluang akses yang lebih murah dan sering ke luar angkasa. Resilience membawa berbagai muatan besar, termasuk penjelajah mikro Tenacious dan eksperimen produksi pangan. CEO ispace, Takeshi Hakamada, menegaskan pentingnya menggunakan kegagalan ini untuk misi-misi mendatang.
Tahun lalu, Intuitive Machines menjadi perusahaan swasta pertama yang mencapai Bulan, meskipun pendaratannya tidak sempurna. Blue Ghost milik Firefly Aerospace juga berhasil mendarat di bulan pada bulan Maret tahun ini. Pendaratan di Bulan merupakan tantangan besar karena pesawat antariksa harus menggunakan pendorong yang dikontrol secara tepat untuk memperlambat penurunan mereka.