Saat ini, Sesar Lembang tengah menjadi sorotan karena aktivitasnya yang cukup aktif, meningkatkan kekhawatiran tentang potensi terjadinya gempa besar. Otoritas lokal langsung merespons kekhawatiran ini dengan menyiapkan enam titik evakuasi di Kota Bandung sebagai langkah preventif apabila terjadi gempa akibat aktivitas Sesar Lembang. Potensi kerusakan yang dapat terjadi akibat gempa tersebut meliputi kerusakan infrastruktur, dampak ekonomi, dan sosial masyarakat.
Sesar Lembang merupakan salah satu dari 81 sesar yang aktif di Indonesia, terletak sekitar 8 hingga 10 kilometer sebelah utara kota Bandung. Sesar ini memiliki panjang patahan sekitar 29 kilometer dengan enam segmen patahan yang bergerak secara aktif. Kecepatan pergerakannya mencapai 6 milimeter per tahun. Dari Padalarang di barat hingga Cilengkrang di timur, sesar Lembang membentang dengan struktur yang berbeda di setiap bagian.
Dalam diskusi online pada 2024, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG menyatakan bahwa Sesar Lembang memiliki potensi magnitudo maksimum 6,8 dan dapat berdampak hingga ke Bandung Barat, Kota Cimahi, dan Purwakarta dengan intensitas MMI VI-VII. Kaitannya dengan kondisi rumah, kepala BMKG menekankan pentingnya membangun rumah yang tahan gempa untuk meminimalisir kerusakan akibat gempa.
Selain itu, peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi mengungkapkan bahwa potensi kerusakan yang parah terkait dengan Sesar Lembang disebabkan oleh kondisi batuan yang lunak di sekitar lokasi. Hal ini dikarenakan Bandung berdiri di atas bekas danau purba, sehingga meskipun jaraknya jauh dari sesar, getarannya masih bisa dirasakan dengan kuat karena tanahnya yang lunak. Oleh karena itu, upaya mitigasi risiko bencana gempa di sekitar Sesar Lembang menjadi sangat penting untuk memitigasi potensi kerugian yang bisa terjadi.