Kendaraan listrik memiliki rentang suhu operasi yang ideal untuk efisiensi tertinggi, yang dipengaruhi oleh paket baterai lithium-ion. Suhu paling optimal untuk kendaraan listrik berkisar antara 68 ° F hingga 77 ° F (20 ° C hingga 25 ° C), dan kelebihan atau kekurangan dari rentang tersebut dapat signifikan mempengaruhi jarak tempuh kendaraan. Namun, bagaimana kendaraan listrik bereaksi dalam suhu yang ekstrem, misalnya di atas 104°F (40°C) hingga 111°F (44°C)?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, What Car? melakukan uji coba dengan tiga mobil listrik yang berbeda di Spanyol Selatan, tempat yang dikenal dengan suhu tinggi. Mobil yang diuji termasuk Citroen e-C3, Kia EV3, dan Tesla Model 3 Long Range dual-motor, masing-masing dengan kapasitas baterai dan jarak tempuh yang berbeda. Uji coba dilakukan dengan mengemudi mobil pada kecepatan jalan raya di bawah suhu yang ekstrem, yang menunjukkan penurunan jarak tempuh yang signifikan dari yang diiklankan.
Hasil uji coba menunjukkan bahwa dalam suhu panas ekstrem, ketiga mobil menunjukkan penurunan jarak tempuh yang signifikan dibandingkan dengan klaim resmi mereka. Meskipun Kia EV3 dan Tesla Model 3 memiliki sistem manajemen termal yang canggih untuk baterai, efisiensi kendaraan tetap menurun di bawah suhu yang sangat tinggi. Tesla Model 3 memperlihatkan efisiensi terbaik, tetapi mengalami penurunan jarak tempuh sebesar 44% dari yang diiklankan.
Selain itu, proses pengisian daya juga berdampak pada kinerja kendaraan dalam suhu yang tinggi. Kia dan Tesla menunjukkan bahwa pengisian daya mereka tidak terlalu terpengaruh oleh suhu, sementara Citroen e-C3 dengan sistem manajemen termal yang lebih sederhana memerlukan waktu yang lebih lama untuk pengisian daya. Uji coba ini memberikan wawasan yang berharga tentang dampak suhu ekstrem terhadap kendaraan listrik, serta pentingnya manajemen termal yang efisien dalam kondisi tersebut.