Malang, Jawa Timur (ANTARA) – Pengamat komunikasi politik dari Universitas Brawijaya, Anang Sujoko, menganggap bahwa pelaksanaan debat ketiga Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 memiliki potensi untuk memengaruhi keputusan swing voters atau pemilih yang rasional dan bisa berubah pilihan sesuai ide atau gagasan para kandidat.
“Jadi masih memungkinkan untuk menjadi peluang atau menjadi potensi untuk mempengaruhi swing voters dan undecided voters,” kata Anang kepada ANTARA di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa pelaksanaan debat ketiga pada 7 Januari 2024, selain berpengaruh terhadap para swing voters, juga memiliki peluang terhadap undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihan.
“Para swing voters atau undecided voters yang kebanyakan merupakan generasi Z, serta milenial tersebut, saat ini cenderung menyukai media sosial seperti TikTok, Instagram dan X yang menampilkan potongan atau cuplikan perdebatan,” katanya.
Menurutnya, cuplikan perdebatan yang diunggah di media sosial tersebut, bisa menjadi senjata bagi tim sukses masing-masing pasangan calon untuk menggaet atau menarik minat para swing voters dan undecided voters.
“Konten dari perdebatan itu yang nanti akan menjadi senjata bagi tim sukses masing-masing, loyalis, atau pendukung masing-masing capres, untuk bisa menggaet swing voters,” katanya.
Sementara dalam pelaksanaan debat yang akan mengusung tema pertahanan, keamanan, hubungan internasional dan geopolitik, akan memberikan ruang terbuka bagi para ketiga kandidat untuk menyampaikan isu-isu strategis.
Menurutnya, tema tersebut memang sangat identik dengan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto yang merupakan Menteri Pertahanan. Namun, lanjutnya, capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan nomor urut 3 Ganjar Pranowo, juga tidak bisa dikesampingkan.
“Itu memang bidang dari capres nomor urut 2, tapi bagaimana penjelasan-penjelasan logisnya itu nanti akan terstruktur dengan baik, itu masih bisa dikalahkan oleh capres nomor urut 1 dan nomor urut 3,” tambahnya.
Ia menilai, kekhawatiran justru muncul dari capres nomor urut 2 yang dalam pernyataannya justru mengandalkan nada tinggi dan banyak melakukan pengulangan, sehingga berpotensi memunculkan penilaian bahwa calon tersebut tidak piawai dalam menyampaikan pendapatnya.
“Sekali lagi, secara dasar, ini memang mungkin tema capres nomor urut 2. Tapi bagaimana kemudian dalam perdebatan, karena ada sesi berbicara, kemudian tanya jawab,” ujarnya.
Terkait pelaksanaan debat Pilpres 2024 kali ini, ia berharap ada perbaikan dalam pelaksanaan debat. Peran moderator diharapkan bisa lebih baik dibandingkan pada pelaksanaan debat kedua.
“Semoga pada debat ketiga ini memberi otoritas tertentu kepada moderator dalam rangka untuk, memastikan bahwa pertanyaan itu tersampaikan dengan baik, pertanyaan itu tersampaikan dengan jelas,” katanya.
Selain itu, moderator juga diharapkan mampu memastikan etika dalam perdebatan terjaga dengan baik dan jika terjadi pelanggaran, para calon harus diingatkan dengan tegas sesuai dengan ketentuan Komisi Pemilihan Umum (KPU).