Jakarta (ANTARA) – Pengamat politik dari Universitas Andalas Padang, Asrinaldi, mengatakan bahwa terdapat kesan bahwa Anies Baswedan mulai ditinggalkan oleh partai pendukungnya setelah kalah dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Publik mungkin melihat bahwa pilpres telah berakhir, sehingga Anies tidak lagi dianggap relevan,” kata Asrinaldi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Menurut Asrinaldi, Anies memang bukanlah ketua umum atau kader dari partai tertentu sejak awal, melainkan hanya tokoh atau figur yang diusung.
Selama kampanye pemilu, narasi perubahan yang diusung oleh Anies mendapat dukungan dari partai NasDem, PKB, dan PKS yang tergabung dalam Koalisi Perubahan.
Namun setelah pemilu berakhir dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka keluar sebagai pemenang, partai-partai pendukung Anies langsung beralih mendukung Prabowo-Gibran.
Menurut Asrinaldi, PKB dan NasDem seharusnya mendengarkan dan mempertimbangkan saran dari Anies sebelum beralih dukungan.
“Secara etis, harus ada diskusi dengan Anies karena ia bukan hanya sekadar kendaraan atau figur yang diusung, melainkan simbol dari perubahan yang dikampanyekan,” ujar Asrinaldi.
Asrinaldi menilai bahwa NasDem, sebagai partai yang pertama kali mendukung Anies, seharusnya tetap memberikan dukungan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Kekalahan Anies kali ini bisa menjadi modal utama untuk kembali bertarung dalam Pilpres 2029.
Selain itu, Anies sebaiknya memiliki partai sendiri sebagai kendaraan politik jika ingin mencalonkan diri lagi sebagai capres pada 2029.
“Anies masih memiliki potensi untuk 2029, dan Surya Paloh harus merawatnya,” tambahnya.
Sebelumnya, setelah Prabowo-Gibran ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo langsung bertemu dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Selain itu, Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali juga bertemu dengan Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di rumah Prabowo.
Penulis: Walda Marison
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2024
