Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa krisis iklim akan memberikan dampak buruk bagi warga Jakarta. Salah satu dampak yang ditimbulkannya adalah seringnya banjir besar yang selalu melanda Jakarta setiap lima tahun sekali, suatu kejadian yang kini diprediksi dapat terjadi lebih sering. Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, banjir besar yang terjadi setiap lima tahun belakangan ini dapat menjadi semakin rutin akibat krisis iklim, terutama jika tidak ada perbaikan dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini diungkapkan dalam konferensi pers virtual yang digelar pada 24 Maret lalu.
Dwikorita menjelaskan bahwa pola banjir yang semakin sering ini dapat menjadi hal yang wajar jika tidak ada tindakan yang diambil dalam menjaga lingkungan. Dikhawatirkan bahwa banjir setiap lima tahunan tersebut akan menjadi semakin sering terjadi, bahkan dapat menjadi kejadian tahunan. BMKG juga mencatat peningkatan suhu udara permukaan secara global maupun nasional, yang diidentifikasi sebagai anomali suhu udara pada tahun 2024 mencapai 1,55 derajat Celsius, melampaui kesepakatan Perjanjian Paris yang bertujuan untuk menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat Celsius dari tingkat pra-industri.
Krisis iklim ini juga memberikan dampak langsung pada tren curah hujan ekstrem di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Oleh karena itu, Dwikorita menekankan pentingnya kerjasama semua pihak untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih buruk di masa depan. Tujuannya adalah untuk mencegah banjir yang dahsyat seperti kejadian lima tahunan tersebut menjadi hal yang biasa terjadi setiap tahun. Upaya pencegahan ini menjadi penting mengingat data dari BMKG yang menunjukkan tren curah hujan ekstrim di berbagai wilayah Indonesia.
