Nyamuk-nyamuk yang biasanya hidup di negara-negara tropis kini mulai bermigrasi ke belahan Bumi Utara dan menyebarkan virus-virus mematikan. Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Planetary Health mengungkap bahwa pemanasan global menjadi penyebab utama migrasi nyamuk tersebut. Sebanyak setengah dari populasi dunia sekarang berisiko tertular virus dengue dan chikungunya yang dibawa oleh nyamuk-nyamuk dari daerah tropis. Virus ini dapat menyebabkan demam dan dalam beberapa kasus berujung pada kematian. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan wabah sejak tahun 2010 seiring dengan naiknya suhu.
Pada tahun 2024, lebih dari 300 kasus demam berdarah terjadi di Uni Eropa, terutama di Italia, Kroasia, Prancis, dan Spanyol. Para peneliti menyampaikan bahwa Uni Eropa sedang beralih dari wabah penyakit sporadis menjadi kondisi endemik. Semakin tinggi suhu naik, semakin besar kemungkinan wabah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk harimau. Mereka juga memprediksi bahwa dalam skenario terburuk, wabah penyakit tersebut bisa meningkat hingga lima kali lipat hingga tahun 2060.
Selain virus dengue dan chikungunya, nyamuk harimau juga dapat menularkan virus zika dan West Nile. Kondisi ini menunjukkan pentingnya pengawasan yang lebih ketat untuk mendeteksi virus-virus tersebut, terutama di daerah-daerah yang kurang mampu secara finansial. Beberapa tempat, seperti Pulau Reunion di Samudera Hindia Prancis, baru-baru ini mengalami wabah chikungunya yang cukup mematikan. Temuan-temuan ini menjadi peringatan akan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap penyebaran penyakit yang dibawa oleh nyamuk-nyamuk migran ini.