Dampak Ngerinya Pecahnya Gunung Es Rakasa: Khawatir Ilmuwan

Gunung es raksasa A23a dilaporkan mulai hancur menjadi beberapa potongan besar, menyusut drastis dari luas semula sekitar 3.672 kilometer persegi menjadi 1.700 kilometer persegi. A23a, yang sempat terdampar selama lebih dari 30 tahun di dasar Laut Weddell sebelum bergerak pada 2020, kini terbawa oleh arus jet Southern Antarctic Circumpolar Current Front (SACCF) di sekitar wilayah South Georgia. Fenomena ini menjadi perhatian ilmuwan karena potensi dampaknya terhadap lingkungan laut sekitar.

Lebih lanjut, pecahan gunung es ini memunculkan peringkat baru sebagai gunung es terbesar kedua di dunia setelah D15a dengan luas sekitar 3.000 kilometer persegi. Meski masih menempati peringkat kedua, perkiraan ilmuwan menyatakan bahwa A23a akan terus pecah dalam beberapa waktu ke depan akibat kenaikan suhu air laut dan musim semi di belahan Bumi selatan. Terdapat keprihatinan atas dampak ekologis dari pecahan gunung es besar ini terhadap organisme di dasar laut, serta potensi konsekuensi lingkungan yang lebih luas dari perubahan iklim di Antartika.

Tim peneliti dari British Antarctic Survey (BAS) telah mengunjungi lokasi A23a untuk mengumpulkan sampel dan analisis lebih lanjut. Mereka menyoroti pentingnya pemahaman dampak dari pecahan megaberg ini, terutama dengan potensi peningkatan gunung es besar di wilayah South Georgia akibat meningkatnya suhu global. Dengan demikian, pecahnya gunung es raksasa A23a memunculkan sejumlah pertanyaan dan keprihatinan terkait dampaknya, serta pentingnya pemantauan terus-menerus terhadap perubahan lingkungan laut yang signifikan ini.

Source link

Exit mobile version